Langsung ke konten utama

Ini Kebijakan Baru Universitas Bakrie Soal Biaya Skripsi


Universitas Bakrie menetapkan kebijakan baru tentang pembayaran biaya skripsi atau tugas akhir bagi seluruh mahasiswanya. Berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 010/SK/UB/R/III/2015 yang dikeluarkan pada 11 Maret 2015 lalu, biaya Satuan Kredit Semester (SKS) untuk skripsi atau tugas akhir wajib dibayarkan setiap semester dan dilakukan sebelum batas akhir pengisian Kartu Rencana Studi (KRS) online. Keputusan tersebut mulai diberlakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 lalu.

“Skripsi itu kan SKS, jadi sama saja dengan mata kuliah. Sebenarnya skripsi itu pembayarannya juga per SKS dan per semester. Jadi kalau dia tinggal skripsi saja, dia harus membayar SKS skripsi,” ujar Darminto, Wakil Rektor Bidang Non-Akademik Universitas Bakrie, Kamis (13/8).

“Dulu tidak jelas sistem pembayarannya. Mau sampai kapan selesai skripsinya, cuma bayar sekali saja. Harusnya setiap semester bayar,” tambah pria lulusan State University of New York ini.

Kebijakan tersebut berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, mahasiswa membayar biaya SKS untuk penyusunan skripsi selama satu tahun ajaran akademik atau setara dua semester. Namun, kebijakan tersebut kini tak lagi berlaku.

Dengan adanya kebijakan baru itu, secara finansial mahasiswa harus tetap membayar biaya SKS skripsi pada setiap semester selama skripsi tersebut belum diujikan dalam sidang tugas akhir dan dinyatakan lulus. Sedangkan secara akademik, kebijakannya tidak berubah dan sama seperti sebelumnya.


“Untuk jangka waktu penyusunan skripsi secara akademik tidak diperpendek, masih seperti ketentuan yang lama, yaitu untuk konten maupun dosen pembimbing skripsi diberikan kesempatan untuk menyelesaikannya selama dua semester. Apabila melebihi dua semester, mahasiswa dan prodi (program studi) wajib mengajukan ulang judul skripsi maupun dosen pembimbingnya,” terang Kuspriyanto, Kepala Biro Administrasi Akademik Universitas Bakrie, melalui surat elektronik kepada MeClub Online, Senin (10/8).

Penulis: Nursita Sari
Pewawancara: Sapta Agung Pratama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete