Langsung ke konten utama

Sakit


Doc: Google

Ini salah satu kisah nyata dari masa kecilku.

Saat berada di Taman Kanak-Kanak grup B dulu, aku punya seorang teman. Anak laki-laki yang baik dan pintar, tapi sering tidak masuk karena sakit-sakitan. Fisiknya lemah. Ia juga dilarang ikut bermain dengan anak-anak lain di luar, karena takut penyakitnya kambuh. Sehingga, seringkali ia hanya jadi duduk sendirian saat jam istirahat. Bahkan kadang temanku ini pulang ke rumahnya (yang tepat berada di sebelah gedung TK), lalu kembali saat istirahat selesai.

Aku sendiri mudah jatuh sakit, sehingga aku bisa memahami perasaannya. Jadi, saat sedang bosan bermain dengan teman yang lain, aku suka menemaninya. Kami biasa bermain puzzle, menyusun balok kayu, menggambar, atau sekadar mengobrol saja. Begitu jam pulang, jika mama belum menjemputku, ia suka mentraktirku jajanan di warung depan TK. Juga menemaniku sampai mama datang.

Suatu hari, temanku ini tidak masuk. Ibu guru bilang bahwa orangtuanya memang belum mengabari, tapi sepertinya penyakitnya hanya sedang kambuh saja. Pasti besok ia akan kembali masuk kelas. Jadilah aku belajar dan bermain bersama teman-teman yang lain seperti biasa.

Namun, ketika jam pulang tiba dan mamaku belum menjemput, aku melihatnya di depan rumahnya. Ia melambaikan tangan padaku, jadi aku menghampirinya.

“Eeh kamu kenapa tadi ga masuk? Sakit lagi? Kamu gapapa?” Cecarku kaget sekaligus senang karena bisa melihatnya hari itu.

Ia mengangguk. “Iya, tadi pagi penyakitku kambuh. Tapi sekarang udah ga sakit lagi, aku udah sehat sekarang,” jelasnya dengan wajah senang dan senyum lebar. “Mamanya belum jemput ya? Yuk jajan, aku beliin pop es!”

Ia pun menarikku ke warung, dan memesan dua minuman rasa vanila kesukaan kami. Bahkan dengan berbagai tambahan seperti agar-agar, wafer, dan serutan coklat. Tidak seperti biasanya.

Sambil duduk dan meminum minuman kami, aku pun menanyainya. “Tumben ngebeliin yang lengkap gini. Kan mahal. Gapapa?”

Gapapa kok, kan ngerayain aku sembuh! Aku ga sakit lagi lho!” Sanggahnya. “Tapi ini terakhir kali ya, aku jajanin kamu. Soalnya aku mau pergi.”

Aku jelas kaget mendengarnya. “Eeeh?! Mo pergi ke mana?! Kapan?!”

“Jauh pokoknya, tapi berangkatnya ga lama lagi,” jawabnya dengan wajah yang mulai muram.

Merogoh uang di kantong seragam, aku bergegas kembali ke warung, dan membeli mainan baling-baling terbang.

Kuberikan mainan tersebut padanya. “Nih buat kamu. Maaf ya uangku dikit, jadi hadiahnya itu aja yang kebeli,” tuturku berusaha menghibur, kemudian memberinya pelukan. “Jangan sedih ya, jangan lupain aku ma temen-temen yang lain juga.”

Begitu aku melepaskan pelukanku, ia pun kembali tersenyum, dan kami bermain hingga akhirnya mamaku datang menjemput.

Keesokan harinya, aku tidak melihat temanku ini di kelas. Mungkin dia kemarin sudah benar-benar pergi, maka dari itu tidak masuk lagi. Ibu guru juga mengatakan ada pengumuman, dan meminta kami semua untuk duduk terlebih dahulu. Aku pikir hendak mengumumkan kepindahan temanku itu. Tapi ternyata tidak.

Ibu guru bilang, ternyata kemarin pagi temanku meninggal karena sakit.

 

Penulis: Annisa Aulia N. S

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l...

Mau Ajukan Cicilan Uang Kuliah, Begini Caranya

Sapta AP - MeClub UB Jakarta - Bagi Sobat MeClub yang memiliki kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran uang kuliah, meskipun dengan sistem pembayaran virtual account (VA), Kamu masih bisa mengajukan permohonan cicilan. Wakil Rektor Bidang Non-Akademik, Dr. Darminto, MBA, mengakui bahwa pada semester-semester sebelumnya, sejumlah mahasiswa sering mengajukan banyak variasi mengenai cicilan, seperti besaran pembayaran biaya pertama dan jumlah cicilan pembayaran. Saat ini sistem cicilan biaya kuliah sudah dibuat dengan cara yang lebih praktis dan lebih seragam. Secara umum, mahasiswa yang mengajukan cicilan pembayaran akan diberikan keringanan hanya untuk membayar BOP dan biaya registrasi sebagai pembayaran pertama. Darminto sendiri mengungkapkan bahwa pihak kampus akan melakukan negosiasi terkait besaran biaya pertama dan jumlah cicilan. "Untuk yang mendapat beasiswa Cemerlang, kalau misalnya dia mengajukan pembayaran pertama sebesar 4 juta sementara dia harus...

Kontroversi Vlog Logan Paul di "Suicide Forest Aokigahara"

Credit: youtube.com Pada awal tahun 2018 muncul sebuah video viral Youtube mengenai Logan Paul yang mendokumentasikan seorang korban bunuh diri dalam vide blog nya (vlog). Di dalam video tersebut, Logan Paul menemukan badan korban bunuh diri di dalam hutan Aokigahara saat sedang v logging . Setelah menemukan mayat gantung diri, Logan Paul kemudian berkata bahwa aksi bunuh diri dan sifat depresi merupakan masalah yang serius. Setelah video tersebut diunggah ke Youtube pada tanggal 31 Desember 2017 lalu, Logan Paul menerima kritik di dunia maya karena mengeksploitasi korban aksi bunuh diri sebagai clickbait untuk mendapatkan views .  Video tersebut seketika mendatangkan kontroversi secara online mengenai bagaimana Logan Paul meremehkan isu bunuh diri demi menaikan karirnya sebagai seorang Youtuber. Akun Twitter milik Youtube memberikan pernyataan pada 9 Januari 2018 bahwa mereka menganggap video tersebut tidak dapat ditolerir dan telah melakukan aksi tindak lanj...