Langsung ke konten utama

Aku Rindu Badudu (Miapah?)

‘Silahkan’? Bukan, yang benar adalah ‘silakan’. Makanya, kalimat yang benar adalah ‘dipersilakan’, bukan ’dipersilahkan’. Apotik? Salah lagi! Harusnya adalah apotek, juga diskotek (bukan diskotik), dan antre (bukan antri). ”Aaaah …. Bahasa kita ribet banget, sih, Bu?” merupakan komentar yang sering saya dengar dari kelompok muda atau generasi gungnam styleketika saya mengoreksi bahasa Indonesia yang mereka pergunakan.
Bagi anak-anak muda sekarang, memakai bahasa kita agaknya memang bikin repotBarangkali, itu sebabnya muncul situasi seperti saat ini, yakni pemakaian bahasa Indonesia makin amburadul di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi. Sayangnya, hampir tak terdengar ada tokoh yang peduli pada carut-marut itu. Dulu, di era 1980an, orang mengenal nama Gorys Keraf dan Yus Badudu.
Saat ini, boleh jadi nama besar Gorys Keraf dan Yus Badudu baru ‘berbunyi’ di kalangan mahasiswa pemerhati bahasa maupun mereka yang memiliki minat pada hal tersebut. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan generasi yang dibesarkan oleh TVRI. Di jaman mereka, di saat TVRI merupakan satu-satunya tamu audio-visual di ruang keluarga, nama Yus Badudu akrab di telinga masyarakat. Ia mengasuh program bahasa Indonesia dan hadir seminggu sekali dengan kritikan maupun penjelasan tentang pemakaian bahasa Indonesia.
“Pergunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar,” merupakan kalimat penutup yang senantiasa diucapkannya. Ternyata, ‘baik’ saja belum cukup, namun harus disertai dengan ‘benar’. “Saya makan dengan ayam” bisa kita katakan baik, bisa dimengerti, namun salah karena pada kenyataannya kita makan bukan bersama-sama ayam. Itu sebabnya, yang baik dan benar adalah ‘saya makan ayam’. Begitu pula ‘langsing dengan jamu’ harus dikoreksi menjadi ‘langsing berkat jamu.’
Agaknya, yang ikut andil dalam membuat bahasa Indonesia seperti saat ini adalah mereka yang senang memakai bahasa asing dengan anggapan lebih keren atau menunjukkan kelas sosial. Belum lagi menjamurnya sekolah bertaraf (dan bertarif?) internasional yang mengajarkan bahasa Inggris sejak dini, sedangkan siswanya berbahasa Indonesia pun belum khatam. Seperti kisah nyata yang pernah saya dengar dari seorang rekan.
Di sebuah sekolah bertaraf internasional, murid-murid sekolah dasar disuruh membuat karangan bahasa Indonesia. Seorang siswa menulis,”Orangtua saya akan pindah bekerja ke negara lain. Ketika saya akanmeninggal, saya merasa sedih.”  Tentu saja gurunya bingung membaca kalimat ini. Logika uraian tidak ada dan ceritanya melompat. Ternyata, penulis ingin mengatakan bahwa jika orangtuanya pindah bekerja ke luar negeri maka mereka sekeluarga harus pindah juga. Sebetulnya, yang ingin disampaikan siswa tersebut adalah ”Saya merasa sedih karena akanmeninggalkan teman-teman saya di Jakarta.” 
Faktor lain yang cukup berpengaruh dalam merusak bahasa Indonesia adalah penggunaan layanan text message (patut dicatat, bahasa Inggris yang benar untuk layanan pesan singkat adalah text message bukan short message). Layanan pesan singkat lewat ponsel mengutamakan ’yang penting pesannya dipahami’, masa bodoh soal logika bahasa maupun penulisan yang benar.
Lihat saja kalimat ini: w g t4u kl0 qIt4 lbur kuli4h (gue nggak tau kalo kita libur kuliah). Teknik menulis seperti ini memang taat asas pada EYD. Ya, Ejaan Yang Di-alay-kan. Ada beberapa hal yang menimbulkan kegeraman akibat ’bahasa sms’ seperti tadi. Pertama, merusak bentuk penulisan yang baku atau konvensional karena kita tidak mengenal huruf 0 (nol) dan 4 (empat). Keduanya adalah angka! Kedua, kita patut mempertanyakan, sejak kapankah kata ’kalo’ (kalau) bersinonim dengan ’bahwa’, karena pengirim pesan singkat menganggap: saya tidak tahu kalau kita libur kuliah adalah sama dengan saya tidak tahu bahwa kita libur kuliah.
Belum selesai problem bahasa yang dirusak oleh anak layangan alias alay, muncul trend ’bahasa anak TK’. Bahkan, bahasa yang kemanja-manjaan ini sudah muncul pula di iklan teve, seperti, ”miapah (demi apa?), ciyuuus(serius?), kiyim (kirim), gaboweh (nggak boleh), macacih (masa, sih?). Memang, setiap generasi bisa saja menghadirkan bahasa kelompoknya.
Selain kedua hal yang sudah disebutkan tadi, mata pelajaran maupun matakuliah bahasa Indonesia masih dipandang sebelah mata dalam sistem pendidikan kita. Di sebuah perguruan tinggi negeri matakuliah bahasa Indonesia sudah dihapuskan karena dianggap bisa diberikan sejalan dengan matakuliah lainnya. Padahal, tidak sesederhana itu.  Maka, lahirlah generasi yang kurang mampu mengutarakan gagasan atau idenya ke bentuk tertulis dalam bahasa Indonesia. Siapa yang mengoreksi mereka? Adakah yang mengoreksi mereka? Di saat seperti ini, saya rindu sosok seperti Yus Badudu. Sumpah, bukan sumpe.
(Amelita Lusia MSi.)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l...

Kontroversi Vlog Logan Paul di "Suicide Forest Aokigahara"

Credit: youtube.com Pada awal tahun 2018 muncul sebuah video viral Youtube mengenai Logan Paul yang mendokumentasikan seorang korban bunuh diri dalam vide blog nya (vlog). Di dalam video tersebut, Logan Paul menemukan badan korban bunuh diri di dalam hutan Aokigahara saat sedang v logging . Setelah menemukan mayat gantung diri, Logan Paul kemudian berkata bahwa aksi bunuh diri dan sifat depresi merupakan masalah yang serius. Setelah video tersebut diunggah ke Youtube pada tanggal 31 Desember 2017 lalu, Logan Paul menerima kritik di dunia maya karena mengeksploitasi korban aksi bunuh diri sebagai clickbait untuk mendapatkan views .  Video tersebut seketika mendatangkan kontroversi secara online mengenai bagaimana Logan Paul meremehkan isu bunuh diri demi menaikan karirnya sebagai seorang Youtuber. Akun Twitter milik Youtube memberikan pernyataan pada 9 Januari 2018 bahwa mereka menganggap video tersebut tidak dapat ditolerir dan telah melakukan aksi tindak lanj...

Mau Ajukan Cicilan Uang Kuliah, Begini Caranya

Sapta AP - MeClub UB Jakarta - Bagi Sobat MeClub yang memiliki kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran uang kuliah, meskipun dengan sistem pembayaran virtual account (VA), Kamu masih bisa mengajukan permohonan cicilan. Wakil Rektor Bidang Non-Akademik, Dr. Darminto, MBA, mengakui bahwa pada semester-semester sebelumnya, sejumlah mahasiswa sering mengajukan banyak variasi mengenai cicilan, seperti besaran pembayaran biaya pertama dan jumlah cicilan pembayaran. Saat ini sistem cicilan biaya kuliah sudah dibuat dengan cara yang lebih praktis dan lebih seragam. Secara umum, mahasiswa yang mengajukan cicilan pembayaran akan diberikan keringanan hanya untuk membayar BOP dan biaya registrasi sebagai pembayaran pertama. Darminto sendiri mengungkapkan bahwa pihak kampus akan melakukan negosiasi terkait besaran biaya pertama dan jumlah cicilan. "Untuk yang mendapat beasiswa Cemerlang, kalau misalnya dia mengajukan pembayaran pertama sebesar 4 juta sementara dia harus...