Langsung ke konten utama

Djito Karsilo: Membedah Iklan dengan Ringan namun Berbobot

Gayanya yang sederhana, celetukannya yang spontan membuat audiens yang hadir dalam Bedah Iklan Marcomm Week di ruang 1 dan 2 Universitas Bakrie, merasa enjoy menyerap ilmu baru seputar dunia periklanan. (Foto: Meclubonline/Genta)
Djito Karsilo. Tampangnya terlihat serius tapi di sela penjabarannya beliau spontan bisa menirukan gaya foto ABG ‘alay’ jaman sekarang. Gelak tawa audiens di ruang 1 dan 2 Universitas Bakrie sontak tak dapat dibendung lagi. Beliau memang cerdas, tercermin dari pemilihan katanya yang mudah dimengerti, tidak neko-neko, dan tidak pula ‘sok cerdas’. Para audiens terlarut dengan pembawaannya yang sederhana namun menginspirasi. Industri periklanan dibedah secara langsung dengan penjabaran yang tidak menggurui sedikitpun, sehingga apa yang ia sampaikan dengan mudah dicerna audiens dalam sesi “Bedah Iklan” Marcomm Week pada Rabu lalu (28/11).Industri periklanan saat ini memang tengah berkembang pesat dan bisa dibilang tengah ‘naik daun’. Namun tak semua orang bisa memiliki pemahaman yang utuh. Serba-serbi dunia periklanan belum tentu diketahui dan dimengerti oleh masyarakat luas yang notabene masih awam. Tapi ternyata audiens tak perlu waktu lamauntuk lebih dalam menyelami dunia periklanan terkini melalui pemaparan Djirto Karsilo.
Pria yang pernah diberi kepercayaan untuk menjadi juri Citra Pariwara ini, menganalogikan iklan seprti sebuah gunung es. “Kita hanya sering melihat atasnya (permukaannya) saja tanpa memahami makna sebenarnya yang ingin disampaikan” paparnya. Para audiens menjadi terbuka wawasannya mengenai iklan seperti yang disampaikan Sarah dri SMAIT Al-Kahfi “Untuk saya sendiri yang masih pelajar (SMA), jadi ngerti oh dari iklan ternyata banyak hal yang bisa kita dapetin, banyak hal yang coba disampaikan” ungkapnya.Djito menyayangkan asumsi masyarakat yang berfikiran bahwa seorang advertiser pastilah seniman. Ia memaparkan bahwa ‘orang’ iklan itu bukan seniman, tapi orang-orang yang punya pola pikir sedemikian rupa untuk dapat menjawab problematika suatu brand. Marketing Communication pada dasarnya fokus pada pesan yang ingin disampaikan melalui iklan. Tak hanya menghibur audiens, tapi juga harus bisa menghadirkan iklan yang mampu menjadi solusi dari problem marketingbrand tersebut.
Lebih lanjut ia amat menyayangkan kondisi ideal masih belum banyak terjadi di Indonesia. Kebanyakan iklan yang ada hanya sekadar memenuhi permintaan pasar tanpa melihat esensi iklan sebagai sebuah solusi dari problematika suatu brand. Pemaparannya sangat interaktif dan juga aplikatif karena disertai contoh-contoh kasus yang ada di Indonesia. Salah satu contoh yang ia angkat adalah Dua Kelinci yang selama ini kuat di ‘Pasar becek’ (Pasar tradisional), namun lemah di pasar modern. Sehingga problem yang muncul akhirnya adanya anggapan bahwa dua kelinci adalah makanan kelas bawah. Pihak Dua kelinci kemudian mengeluarkan iklan dengan branding “Kacang kelas dunia yang dianggap mampu menjadi solusi.
Djito juga membagi trik untuk bisa membuat iklan yang benar-benar memecahkan problematika brand. “Sebenarnya rumus mencari solusi itu sederhana, terlebih dahulu harus benar-benar memahami target pasarnya itu siapa. Berangkat dari jelasnya segmentasi pasar tersebut, advertiserharus mampu memahami insight audiens mereka.” Ia juga menambahkan bahwa saat advertiser memilih media untuk iklan, bukan perkara media mana yang paling efektif, tapi media yang dipilih tepat atau tidak untuk target pasar yang ingin dituju.
Di penghujung acara bedah iklan ini, para peserta sangat antusias untuk bisa bertanya lebih dalam lagi mengenai dunia periklanan di Indonesia. Peserta bedah iklan yang hadir tampak ‘membludak’. Ruangan 1 dan 2 tak hanya dipadati oleh Mahasiswa Universitas Bakrie lintas jurusan dan angkatan, tapi juga dipadati oleh siswa SMAIT Al-Kahfi Bogor yang tengah melakukan kunjungan ke Universitas bakrie. Ruangan yang berkapasitas 150 orang tersebut akhirnya melebihi kuota dan beberapa peserta dengan antusias memilih duduk ‘lesehan’ di bagian depan.
(NAS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l...

Kontroversi Vlog Logan Paul di "Suicide Forest Aokigahara"

Credit: youtube.com Pada awal tahun 2018 muncul sebuah video viral Youtube mengenai Logan Paul yang mendokumentasikan seorang korban bunuh diri dalam vide blog nya (vlog). Di dalam video tersebut, Logan Paul menemukan badan korban bunuh diri di dalam hutan Aokigahara saat sedang v logging . Setelah menemukan mayat gantung diri, Logan Paul kemudian berkata bahwa aksi bunuh diri dan sifat depresi merupakan masalah yang serius. Setelah video tersebut diunggah ke Youtube pada tanggal 31 Desember 2017 lalu, Logan Paul menerima kritik di dunia maya karena mengeksploitasi korban aksi bunuh diri sebagai clickbait untuk mendapatkan views .  Video tersebut seketika mendatangkan kontroversi secara online mengenai bagaimana Logan Paul meremehkan isu bunuh diri demi menaikan karirnya sebagai seorang Youtuber. Akun Twitter milik Youtube memberikan pernyataan pada 9 Januari 2018 bahwa mereka menganggap video tersebut tidak dapat ditolerir dan telah melakukan aksi tindak lanj...

Mau Ajukan Cicilan Uang Kuliah, Begini Caranya

Sapta AP - MeClub UB Jakarta - Bagi Sobat MeClub yang memiliki kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran uang kuliah, meskipun dengan sistem pembayaran virtual account (VA), Kamu masih bisa mengajukan permohonan cicilan. Wakil Rektor Bidang Non-Akademik, Dr. Darminto, MBA, mengakui bahwa pada semester-semester sebelumnya, sejumlah mahasiswa sering mengajukan banyak variasi mengenai cicilan, seperti besaran pembayaran biaya pertama dan jumlah cicilan pembayaran. Saat ini sistem cicilan biaya kuliah sudah dibuat dengan cara yang lebih praktis dan lebih seragam. Secara umum, mahasiswa yang mengajukan cicilan pembayaran akan diberikan keringanan hanya untuk membayar BOP dan biaya registrasi sebagai pembayaran pertama. Darminto sendiri mengungkapkan bahwa pihak kampus akan melakukan negosiasi terkait besaran biaya pertama dan jumlah cicilan. "Untuk yang mendapat beasiswa Cemerlang, kalau misalnya dia mengajukan pembayaran pertama sebesar 4 juta sementara dia harus...