![]() |
(Ruangan 1 dan 2 Universitas Bakrie) |
Kampus
UB
– Beredarnya isu bahwa adanya kebijakan baru mengenai pembayaran jika meminjam
ruang 1 dan 2 Universitas Bakrie untuk kegiatan organisasi mahasiswa, menimbulkan
pro dan kontra terutama dari mahasiswa yang aktif dalam organisasi.
Salah satunya Raditya
Nalaputra, yang sekarang menjabat sebagai Ketua BEM-UB 2016/2017, ia mengungkapkan
bahwa, jika acara tersebut diadakan oleh pihak eksternal, akan sangat bagus jika
dikenakan biaya.
“Menurut saya untuk
acara dari pihak eksternal itu gapapa, malah bagus. Jadi efisien dari segi
penggunaan gedung karena kita tau gedung kampus kita masih sewa,” ujar Radit yang
diwawancarai oleh tim liputan MeClub Online (20/03).
Selanjutnya, Radit juga
menuturkan, sebaiknya pihak kampus tetap bisa mengedepankan kebutuhan dari
pihak internal. Alasan tersebut dikarenakan bahwa ruangan juga merupakan bagian
dari fasilitas mahasiswa yang memang seharusnya dipergunakan untuk mahasiswa.
“Jadi intinya, kalau
ruang 1 dan 2 berbayar untuk pihak eksternal gapapa, asal jadwalnya jangan
mengganggu kegiatan mahasiswa Bakrie sendiri, dan kalau mahasiswa membuat
kegiatan yang mengundang pihak eksternal, nggak perlu bayar lagi ke kampus
karena itu memang fasilitas yang diperuntukkan oleh mahasiswa,” jelas Radit.
Hal yang sama juga
dirasakan oleh Rosemalia Riskani yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua
HMILKOM-UB 2016/2017. Ia pernah mengajukan peminjaman ruangan 1 dan 2 untuk
kegiatan HMILKOM, tapi pada saat mengajukan peminjaman ia sempat dicecar
beberapa pertanyaan mengenai peminjaman ruangan tersebut.
“Bulan Desember aku
maju buat peminjaman ruang 1 dan 2 untuk dua acara, STALKER dan KPP. STALKER
diadakan Rabu, KPP diadakan Sabtu. Pas tanda tangan buat STALKER sih beliau (Wakil Rektor Achmad Reza Widjaja) nggak ada masalah, nah yang KPP dicecar pertanyaan tuh,”
jawab Rose.
Rose menceritakan bahwa
ia sempat ditanya mengenai anggaran untuk OB, teknisi, cleaning service dan satpam. Hal tersebut dikarenakan bahwa acara
KPP berlangsung pada hari Sabtu, dan itu merupakan hari libur. Dengan alasan
bahwa perlu disediakan anggarannya karena memakai hari libur mereka.
“Intinya sih kayaknya
karena mereka itu kan outsourcing,
jadi di luar jam kerjanya berarti harus dibayarkan. Nah sekarang kayaknya
kampus nggak mau menanggung itu,”
ujar Rose kepada tim liputan MeClub Online.
Tanggapan
Pihak Kampus
Menanggapi hal
tersebut, Dodi Suryadi selaku Kepala Biro Hubungan Masyarakat Universitas
Bakrie, akhirnya angkat bicara untuk meluruskan isu yang beredar saat ini.
”Sebenarnya bukan
disuruh bayar (mahasiswa UB kalau memakai Ruang 1 dan 2), tapi lebih kepada
edukasi sih, bahwa sebenarnya ketika
kalian mengadakan acara disitu, ada biaya kebersihan, listrik, dan lain-lain. Nah, terkadang anak-anak mengabaikan
itu dan tidak membudgetkan itu
didalam proposal anggaran. Padahal kampus sama sekali tidak mengharapkan
duitnya, tapi edukasinya,” jelas Dodi saat diwawancarai oleh tim liputan MeClub
Online (20/03).
Lebih lanjut, Dodi juga
menjelaskan bahwa jika mahasiswa mengadakan acara melewati jam kerja dan diluar
jam kerja, itu sebenarnya akan menyebabkan biaya tambahan untuk beberapa
pekerja yang membantu dalam pelaksanaan acara tersebut. Seperti teknisi, cleaning service dan satpam.
“Pengennya itu,
anak-anak mikir kalau acaranya malam, dan kalau acaranya Sabtu dan Minggu,
berarti kita juga ada ekstra tambahan bahwa sudah membuat orang-orang (teknisi,
cleaning service dan satpam) lembur,”
lanjut Dodi.
Menanggapi isu yang
sudah beredar beberapa waktu terakhir ini, Dodi juga menjelaskan bahwa edukasi
yang ditekankan pihak kampus sebenarnya bertujuan untuk membuat mahasiswa
terbiasa ketika mengadakan acara di luar kampus. Sehingga mahasiswa dapat lebih
awere dengan hal-hal yang mungkin
selama ini kurang diperhatikan.
“Kampus ingin
mengedukasi bahwa ketika kalian bikin sebuah acara, itu tolong dipikirkan bahwa
ada biaya yang keluar disitu yang nggak
pernah kalian pikirkan sebelumnya. Dan jika nanti kalian telah keluar dari lingkungan
kampus dan mengadakan acara, kalian sudah terbiasa dengan hal itu,” jelas
Kepala Biro Humas tersebut.
Dodi juga menekankan,
bahwa pihak kampus tidak mengharapkan uang sewa ketika mahasiswa ingin
menggunakan ruang 1 dan 2 untuk melaksanakan acara.
“Sekali lagi bukan
masalah uangnya, tapi lebih kepada edukasinya. Jadi, teman-teman mahasiswa itu
suka lupa bahwa ada elemen yang harus diperhitungkan. Sampai sekarang belum ada
yang bayar kok, masa sih mahasiswa
sendiri, bikin acara sendiri, dikampus sendiri, mesti bayar, bukan soal itu,”
ujar Dodi kepada tim liputan MeClub Online.
Pihak kampus berharap,
dengan adanya edukasi seperti ini, mahasiswa dapat memahami dan menjadikan ini
sebagai salah satu hal penting yang perlu diperhatikan. Sehingga akan
memunculkan rasa sadar terhadap beberapa elemen yang selama ini terlewatkan.
“Jadi tolong
teman-teman mahasiswa kalau mengadakan acara, lebih memperhatikan itu. Karena
ini adalah salah satu keingin Wakil Rektor untuk mengedukasi. Karena membuat
acara juga merupakan salah satu edukasi bagi kalian. Nah makanya kami juga ingin mengedukasi bahwa ada elemen-elemen
yang perlu teman-teman perhatikan,” lanjut Dodi.
Melengkapi tanggapan
pihak kampus mengenai isu yang beredar ini, tim liputan MeClub Online juga
meminta penjelasan dari Sri Pratiwi selaku Kepala Biro Kemahasiswaan. Tapi,
hingga berita ini diturunkan, Sri Pratiwi belum bisa ditemui.
Penulis : Firstnanda Rindu Harini
Tim Liputan : Arum Tias Astiningsih
Komentar
Posting Komentar