![]() |
Anathasia Citra, S.Sos., M.Si. selaku Aktivis Anti Kekerasan Seksual & Co-Founder @salingjaga.id saat memberikan materi dalam "Diskusi Jurnalistik Vo.2" (Doc: Pribadi) |
JAKARTA - Setelah lebih kurang dua tahun lamanya, Media Club (MeClub) Universitas Bakrie kembali hadirkan rangkaian acara webinar yang bertajuk Diskusi Jurnalistik Vol. 2. Acara ini mengangkat tema "Lantangkan Suara Anak & Perempuan" pada Sabtu, (5/06/2021) kemarin melalui aplikasi Zoom Meeting dengan menghadirkan dua pembicara yakni Dr. Aryo Subarkah Eddyono, M.Si dan Anathasia Citra, S.Sos., M.Si.
Acara ini dibuka dengan sambutan dari Ketua Pelaksana Diskusi Jurnalistik Vo.2, Risya Effhel yang kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Presiden MeClub, Anastasia Febriane dan Pembina dari MeClub Universitas Bakrie, Ari Kurnia, S.Ikom., M.Ikom. Kemudian acara dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama kedua pembicara yang dipandu oleh moderator, Ines Sela.
![]() |
Risya Effhel selaku Ketua Pelaksana ketika sedang memberikan kata sambutan (Doc: Pribadi) |
"Jika dibilang penting, kita tetap harus memahami terlebih dahulu, bahwa tentang anak dan perempuan yang memang harus dibela dan diberikan ruang yang memadai, dalam pengalaman media masa dalam konteks masyarakat masih dominan budaya patriarkinya," jawab Aryo ketika ditanya mengenai pentingnya etika jurnalistik dalam pemberitaan anak dan perempuan yang menjadi korban.
Dalam situasi budaya patriarki seperti ini pastinya kerab membuat perempuan yang merupakan korban menjadi hal pertama yang disalahkan, padahal kita tahu bahwa perempuan dan anak sering kali di eksploitatis oleh beberapa media. Maka Aryo menjelaskan bahwa pentingnya bagi setiap jurnalis untuk dapat membuat konten dengan menempatkan perempuan dan anak dengan baik pada berita yang ditulis.
Anathasia Citra, S.Sos., M.Si selaku Aktivis Anti Kekerasan Seksual dan Co-Founder @salingjaga.id menyebutkan bahwa terdapat tiga bentuk kekerasan yang dapat terjadi pada perempuan, yakni fisik, psikologis, dan seksual. Tiga jenis kekerasan ini umumnya dilakukan oleh para pelaku yang masih merupakan tergolong orang-orang terdekat korban.
Dalam rangkain acara ini, menceritakan korban yang menjadi eksploitasi dan mendapat sorotan dari media dapat membuat mental dan psikis korban menjadi down. Hal-hal yang biasanya di normalisasi seperti sekedar memegang pundak yang ditolak oleh korban dapat termasuk ke dalam kekerasan seksual yang dilakukan oleh pelaku. Media yang harusnya menjadi agen perubahan terkadang membuat korban menjadi victim blamming. Maka, sudah sepatutnya sebagai generasi muda dan penerus dari media - media tersebut sudah sepantasnya untuk dapat memilah lebih baik mengenai dampak yang diakibatkan dari media dan konten yang akan diberitakan.
![]() |
Rangkaian foto bersama (Doc: Pribadi) |
Penulis : Chania Aulia Humayrha
Komentar
Posting Komentar