Langsung ke konten utama

Harapan Ketua Senat dan BEM Universitas Bakrie pada Hari Kemerdekaan

Pengibaran bendera Merah Putih pada 17 Agustus 1945 (doc. Google)
17 Agustus menjadi hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Tepat 69 tahun yang lalu, bangsa ini memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia. Kemerdekaan yang tentunya tidak mudah diperoleh karena banyak menumpahkan darah dan mengorbankan nyawa para pejuang.

Bahkan, Indonesia belum benar-benar merdeka saat kemerdekaan 17 Agustus 1945 itu dideklarasikan. Indonesia masih harus berjuang melawan sekutu pasca kemerdekaan. Kembalinya Belanda dan sekutu ke tanah air membuat terjadinya banyak pertempuran, seperti Peristiwa 10 November, Palagan Ambarawa, Bandung Lautan Api, Serangan Umum 1 Maret 1949, dan sebagainya.

Berkat kegigihan para pejuang, kini Indonesia menjadi negara yang merdeka. Rakyat Indonesia dapat merasakan hidup yang aman, tenteram, dan damai. Namun, perjuangan bangsa ini belum selesai. Kemerdekaan yang diperoleh dengan penuh perjuangan tidak selayaknya disia-siakan dengan tidak melakukan hal apapun. Tonggak perjuangan itu kini ada di pundak para pemuda bangsa ini. Lalu, bagaimana cara pemuda memperingati kemerdekaan Republik Indonesia ke-69 ini?

1. Adityanata Nugraha Hasudungan, Ketua Senat Mahasiswa Universitas Bakrie

Makna kemerdekaan bagi Adit bukan hanya tentang upacara bendera. Baginya, kemerdekaan berarti terbebas dari segala bentuk penjajahan. Mahasiswa Manajemen ini memperingati kemerdekaan dengan memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang mandiri dengan harapan adanya dampak positif untuk keutuhan kemerdekaan Indonesia karena ia menganggap bangsa ini masih terjajah.

“Saya mengisi kemerdekaan ini dengan cara mulai menjadi pribadi yang tidak bergantung pada yang lain sehingga nantinya akan berefek pada bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri dan bebas sehingga bangsa ini akan merdeka seutuhnya di mana tidak ada lagi penjajahan-penjajahan kecil seperti sekarang yang ada di bidang ekonomi, sehingga bangsa ini akan makin maju dan berjaya,” ujarnya.

Pemuda kelahiran 1 Desember 1993 ini juga berharap agar para pemuda Indonesia memiliki kepedulian terhadap bangsanya. “Harapan untuk pemuda lain adalah bisa memiliki rasa nasionalisme yang baik dan peduli karena bangsa ini ke depannya sangat bergantung pada para pemuda sekarang. Nah, bagaimana bisa bangsa ini maju kalau kepedulian dan kecintaan pemudanya tidak ada terhadap negara ini,” tukasnya.


2. Rian Marfinsyah Rahim, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Bakrie

Rian menganggap anak muda sudah mulai tidak peduli dalam memperingati hari kemerdekaan, padahal menurutnya pemuda adalah orang yang harus mempertahankan keutuhan dan meneruskan cita-cita bangsa ini. Oleh karena itu, pemuda asal Gorontalo ini memperingati hari kemerdekaan dengan melakukan hal-hal positif.

“Saya mengisi kemerdekaan ini dengan mengikuti upacara bendera di tempat terdekat, mengikuti kepanitiaan tujuh belasan di sekitar rumah untuk menumbuhkan semangat juang dalam diri pemuda, menumbuhkan rasa cinta terhadap Indonesia melalui posting-an yang sifatnya positif di media sosial. Ya mungkin cara setiap orang berbeda dalam memperingatinya, tapi yang terpenting adalah bagaimana menjaga semangat juang para pahlawan yang telah membawa Indonesia ini merdeka di mata dunia, salah satunya dengan menuntut ilmu setinggi mungkin dan cita-cita membawa perubahan yang lebih baik demi negara tercinta,” ujarnya.

Mahasiswa Ilmu Komunikasi ini juga memiliki harapan besar terhadap para pemuda agar mereka selalu optimis terhadap bangsanya. “Belakangan ini banyak yang mengkritik tapi tidak memberikan solusi. Kritik boleh saja, tapi tidak dengan mengatakan keburukan negaranya melainkan mencari solusi untuk mengatasinya. Harapan saya, jadilah pemuda yang selalu berpikir kritis dan optimis untuk kemajuan bangsa,” pungkasnya. (NS)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete