Langsung ke konten utama

Gak Pake Path = Gak Gaul?

Tampilan utama (Home) pada jejaring sosial Path (doc. Google)

Refresh, itu yang selalu dilakukan remaja pada umumnya di media sosial mereka terutama Path. Path adalah jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi gambar, status, juga informasi tentang di mana Anda berada (check in), bersama siapa Anda, apa yang sedang Anda tonton, dengar, atau baca, bahkan kapan saatnya Anda tidur dan bangun.

Path mengutamakan unsur privasi dibandingkan dengan yang lainnya karena jejaring sosial ini menyebut dirinya sebagai “Beautiful, Private Sharing”. Pengguna dapat berbagi aktivitas mereka dengan orang-orang terdekat yang mereka kenal. Namun, jika sebelumnya Path membatasi pertemanan dengan hanya 150 kontak, kini path sudah memperbarui sistem sehingga penggunanya dapat berteman dengan 500 kontak.

Path juga dilengkapi dengan fitur private messaging, serupa dengan direct message pada Twitter. Selain itu, pengguna juga memungkinkan membagikan aktivitas mereka di jejaring sosial lain dengan cara menghubungan akun Path-nya dengan akun jejaring sosial lain yang dimiliki. 

Banyak orang yang menggunakan smartphone saat ini tengah memasang path di dalamnya, terutama remaja. Mulai dari membuka mata sampai menutup mata, segala aktivitas akan mereka update agar momen mereka terabadikan.

Beberapa pengguna mengaku, mereka selalu meng-update aktivitas kesehariannya agar dapat mengingat apa yang sudah mereka lakukan. Sebagian juga mengaku, mereka meng-update agar mendapatkan perhatian dari orang lain dengan mengirimkan emoji atau memberi komentar.

Banyak juga yang berkata bahwa kita sudah gaul jika kita menggunakan Path dalam kehidupan sehari-hari, dan sebaliknya, kita kurang gaul jika tidak menggunakan Path. Apa itu benar?

Sebenarnya, gaul atau tidaknya seseorang bukan ditandai dengan seberapa rutin ia menggunakan media sosial atau seberapa sering ia berinteraksi di dunia maya. Melainkan dengan cara ia berinteraksi dengan baik dan benar secara intrapersonal maupun interpersonal.

Penulis          : Ayu Nanda Maharani
Editor             : Nursita Sari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete