Langsung ke konten utama

Maba Ditemani Ospek, Ini Alasan Para Orangtua

Kampus UB - Ada pemandangan tak biasa pada hari pertama Program Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) di kampus UB. Pada beberapa titik di lingkungan kampus, terutama di SL Luar, orang tua dan keluarga dari beberapa mahasiswa baru (maba) terlihat setia menanti selesainya seluruh rangkaian acara PKKMB pada hari pertama ini.

Beberapa alasan dilotarkan oleh mereka kepada MeClub Online saat ditemui pada Selasa (25/8/2015) sore, di antaranya karena takut nyasar hingga masalah kesehatan.

Dwi Agustiawati salah satunya. Ia rela meninggalkan rutinitasnya di Sulawesi demi menemani adiknya mengikuti rangkaian acara PPKMB.

"Alasannya, pertama karena asalnya dari daerah, jadinya belum tahu jalan di Jakarta. Takutnya nyasar. Nanti kita juga yang susah nyarinya," ujar wanita yang akrab disapa Tias ini.

Tias pun akan terus menemani adiknya hingga hari terakhir rangkaian acara PPKMB ini.

Berbeda dengan Tias, Julia, wanita asal Bukitinggi, Sumatra Barat ini hanya berencana menemani anaknya hingga hari pertama saja. Selanjutnya, keesokan hari ia akan kembali ke daerah asalnya.

"Sama juga, karena anak saya belum tahu jalan. Juga karena dari dulu tinggalnya kan sama saya, tapi sekarang sudah ngekost sendiri jadi kita persiapkan dulu keperluannya," ujar Julia.

Sementara itu, Siti Rosmini setia mendampingi jalannya rangkaian kegiatan ini karena kondisi kesehatan anaknya yang memang membutuhkan pendampingan.

Baik Tias, Julia, maupun Siti Rosmini sama-sama berharap agar para maba dapat berkenalan dengan lingkungan kampus dan teman-teman baru agar sama-sama dapat belajar hidup mandiri.

"Karena faktor lingkungan itu kan sangat kuat. Ya, biar dia cepat kenal sama teman-teman baru, bisa beradaptasi, terus bisa termotivasi supaya belajarnya lebih giat," tutup Siti Rosmini.

Sesuai dengan surat edaran surat Dikti bernomor 01/DJ-Belmawa/SE/VII/2015 pada 22 Juli lalu, kegiatan PKKMB tahun ini diselenggarakan oleh pihak kampus dan bukan lagi oleh mahasiswa.

Penulis: Sapta Agung Pratama

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete