Langsung ke konten utama

ARKIN, Solusi Atasi Kekeringan bagi Rakyat Miskin

Posko ARKIN (Air Rakyat Miskin) di Kelurahan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat.

Kemarau 2005 yang menyebabkan sekitar 3.700 penduduk di kelurahan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat, kekurangan pasokan air bersih membuat seorang pemulung bernama Dadang Suherman prihatin. Jika tidak ada solusi, ia khawatir daerah tempatnya tinggal akan benar-benar kehilangan air.

“Daerah saya kurang lebih 500 rumah, kalo semua dipantek air ternyata dalam sepuluh taon air kita berkurang satu meter,” ujar Dadang, Kamis (17/9/2015).

Oleh karenanya, Dadang melakukan berbagai cara untuk mengatasi kekeringan di sana. Bersama teman-temannya, ia pun berhasil membuat ARKIN (Air Rakyat Miskin), sebuah solusi untuk mengatasi kekeringan di RW 06 Pegangsaan, Menteng.

Mulanya, membuat ARKIN bukanlah hal yang mudah dilakukan Dadang. Tak ada satu pun warga yang percaya pada idenya. Namun, dengan bantuan RW, akhirnya ia dapat menjelaskan bagaimana cara kerja, dampak, dan semua hal yang berkaitan ARKIN.

Setelah itu, barulah Dadang mendapat dukungan teman-temannya dan bersama-sama membuat ARKIN dan mendirikan stasiun air pada 2007. Sejak saat itulah mimpi warga Pegangsaan untuk mendapatkan air bersih dengan mudah dan murah terwujud meskipun kemarau panjang tengah melanda.

Murah dan diminati
Salah satu stasiun air ARKIN
Dadang tidak menjual ARKIN dengan harga yang mahal. Sebab, ia tahu kondisi ekonomi mayoritas warga Pegangsaan tidak cukup memadai. Oleh karenanya, ARKIN hanya dipatok seharga Rp 5.000 hingga Rp 20.000 per kepala keluarga (KK), sesuai kemampuan ekonomi masing-masing KK.

Karena harganya yang murah, ARKIN pun tidak hanya diminati warga Pegangsaan. Dari 21 stasiun air yang telah dibangun, 3 diantaranya berada di kelurahan lain. Satu stasiun dibangun di Menteng Atas, Setiabudi, untuk peternakan lele. Satu stasiun di Kuningan untuk masyarakat pemulung, serta satu stasiun di Tomang. Semuanya dibangun karena permintaan rakyat kecil yang membutuhkan air bersih di kelurahan-kelurahan tersebut.

Masyarakat yang menggunakan ARKIN merasa sangat senang. Setelah adanya stasiun air ARKIN, mereka mengaku lebih mudah melakukan aktivitas.

Ketolong banget, airnya banyak bisa masuk ke rumah juga,” ujar Mamak, ketua RT 014.

Euis, warga lainnya, mengungkapkan hal serupa. Ia menyebut hanya perlu membayar Rp 10.000 untuk mendapatkan air ARKIN, berbeda dengan harga air PAM yang lebih mahal.

“Mahalan bayar PAM, PAM kan masih gak tentu ya kadang airnya keluar, kalau keluar kadang kecil,” ucap Euis.

Hambatan

Sebagai pencetus ARKIN, Dadang merasa kecewa sebab sistem air yang dibuatnya pernah ditegur PT PAM Layonnaise Jaya (PALYJA) Jakarta Pusat untuk berhenti beroperasi. Padahal, menurut Dadang, ARKIN sangat membantu kebutuhan masyarakat kecil.

“Kami pernah dikomplain dengan PAM. Aku bilang kalau bapak bisa memuaskan masyarakat mungkin kami gak bikin ini, sementara dulu masyarakat kami airnya tidak pernah ada, apalagi musim kemarau,” tutur Dadang kecewa.

Selain itu, banyak pegawai Kelurahan Pegangsaan yang tidak mengerti soal ARKIN dan sistem kerjanya. Yang mereka tahu hanyalah sosok Dadang sebagai pencetus air untuk rakyat miskin itu.

Gak tahu, gak ngerti, langsung ke Pak Dadang aja,” ujar Uli, salah satu staf Kelurahan Pegangsaan.


Meski begitu, ARKIN berhasil menjadi contoh yang baik untuk mengatasi kekeringan. Terbukti pada 28 Juni 2012 lalu, Pejabat Inti Satker seluruh Indonesia telah melakukan kunjungan ke RW 06 Kelurahan Pegangsaan, Menteng, Jakarta Pusat. Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengedukasi bagaimana cara mengatasi kekeringan khususnya pada saat musim kemarau tiba.

Tim Liputan: Sumayya, Octaviani
Editor: Nursita Sari

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete