Langsung ke konten utama

KUMIS: Berhenti Sebelum Pukul 2 Pagi Menjelang!

Credit: Tim Infografis MecOnline
Credit: Google.com

Cerita ini merupakan lanjutan dari segmen Kumis minggu lalu yang membahas sosok "Kuyang", jadi bagi yang belom tau langsung visit link-nya dibawah ini ya Marooners :)


Kejadian ini terjadi saat gua masih duduk di bangku SMA kelas 2. Saat itu gua lagi kecanduan banget sama yang namanya baca novel. Apapun jenis novel pasti gua baca apalagi novel-novel bergenre horror lokal.

Malam itu turun gerimis gak berhenti. Dingin, sedikit sumpek  dan sepi, itulah yang gua rasakan saat lagi asiknya baca novel di dalam kamar. FYI, kamar gua letaknya di lantai 2 ujung dan bersebelahan dengan gudang. So, kebayang kan suasananya seperti apa.

Gua mulai ngebaca dari jam 7 malam, dan udah ada feeling sih sebelumnya untuk berhenti baca novel di jam 11 malam. Tapi entah karena keasyikan, gua bablas sampe jam setengah satu pagi. Karena jalan cerita novel yang sedang gua baca lagi asik-asiknya, gua akhirnya memilih untuk lanjut aja.

Gua mulai mencoba untuk konsentrasi baca novel lagi.

Hening.....

Cuma kedengeran jarum detik jam aja yang berbunyi...

Tapi tiba-tiba...

KRIEEEET.... KRIEEET....

Suara pintu terdengar. Gua mengira, mungkin itu dari kamar adik gua yang letaknya di sebelah kamar gua (jadi kamar gua emang di tengah-tengah gudang dan kamar adik).

KRIEET... KRIEET...

Suara itu masih terdengar. Karena malas gerak, gua memutuskan untuk nelpon adik gua buat nyuruh dia jangan main-main sama pintu. Tapi ternyata gak diangkat. Berarti adik gua sedang tidur saat ini. Selagi gua mikir, seketika gua denger suara aneh dari dinding perbatasan kamar gua dan gudang yang bunyinya seperti kucing kejepit.

"Eaaaaak ngggg.... hh...kkkkhkkk..... khhhhhh" 

Kurang lebih gitu bunyinya. Sumpah, waktu denger ini gua seperti merasa pilu banget. Jangan-jangan memang ada kucing nyasar ke gudang gua dan ketimpa barang-barang. Sebelum ke gudang, gua memutuskan untuk dengerin lagi suara tadi dengan cara nempelin kuping ke dinding.

"Eeaaaakkkkk.. khhhh..khhh.." suaranya masih sama. 

Tapi ada sedikit keanehan. Gua merasa suara itu sepertinya bukan suara kucing ya, kenapa suaranya malah seperti bayi menangis?? Bukan! Bukan bayi! Tapi orok!! Shit gua yakin ini suara orok!
Tapi.. orok?? Di gudang gua??? Kok bisa???

Gua makin tenggelam dengan pikiran sendiri. Gua memutuskan gak jadi ke gudang. Seketika nyali gua ciut. Gua cuma bisa dengerin kelanjutan suara-suara aneh tadi di dinding kamar. Hingga akhirnya...

Huhuhu.. HIHIHIHIHIHIHI!! ...

Yaampun! Itu suara kuntilanak bukan sih? Gua panik. Gua langsung lari ke tempat tidur dan selimutan. Gua mencoba tidur walau nyatanya suara itu ngeganggu banget.

.......................................................................................................................


Besok paginya, gua langsung ngadu ke nenek gua. Dan gua cukup ternganga mendengar penjelasannya.

"Oh itu mah bukan suara kucing. Itu suara bayinya kuntilanak. Hmm mungkin dia lagi lapar, makanya sampe nangis-nangis kayak gitu" kata nenek gua sambil nyengir.

Nenek juga bilang, kalau dia pernah liat kuntilanak itu sama bayinya dari samping saat pintu gudang belom ditutup. Bayinya itu berwujud tengkorak dengan muka yang bersimbah darah. Si kuntilanak biasanya membelai-belai si bayi sambil ketawa-tawa biar berhenti menangis.

ASEEM ASEEM!.... dan nyatanya lagi nenek gua bilang bahwa saat jam 2 malam adalah penanda  makhluk itu mulai beraktifitas. 

Dan gua percaya apa yang nenek bilang. Sebab di keesokan harinya dan hari-hari selanjutnya, gua masih denger suara-suara ini saat gua tetap nekat melewati jam 2 pagi dengan kondisi mata terbuka.

Intinya dari cerita gua yang sampai 2 part ini... kalau udah tengah malam, hendaknya kita tidur untuk memberikan makhluk-makhluk dari dunia lain keleluasaan beraktifitas.


~~~~~~~~~



Penulis: Helvira Rosa
Editor: Helvira Rosa
Sumber: Pengalaman Pribadi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete