Langsung ke konten utama

7 Daftar Film Indonesia yang Diadaptasi Dari Kisah Nyata

 

Aksi Reza Rahardian dengan Pevita Peace dalam film Tengelamnya Kapal Van der Wijck (2013) (FOTO/YOUTUBE Intercine Film)

Dilansir cnnindonesia.com, film-film Indonesia saat ini sudah cukup banyak yang mengambil latar belakang dari kisah nyata yang pernah terjadi. Sehingga selain peran film yang menjadi media hiburan, film-film adaptasi dari kisah nyata ini pun dapat memberikan pelajaran maupun inspirasi terhadap para penonton.

Berikut 7 daftar film Indonesia yang dapat anda tonton pada media layanan streaming film seperti Netflix, Disney+, Viu, maupun Vidio.

1. 22 Menit (2018)

Film 22 menit dapat disaksikan pada media streaming film online Viu (FOTO/INSTAGRAM @22menitthemovie)

Film Eugene Panji dan Myrna Paramita berjudul 22 Menit ini diangkat dari kisah nyata peristiwa bom Thamrin. Butuh 22 menit bagi Polri untuk meringkus teroris bom Sarinah atau bom Thamrin.

Dikisahkan seorang anggota pasukan antiterorisme yakni AKBP Ardi (Ario Bayu) berusaha memburu pelaku pengeboman yang terjadi di Jakarta pada Januari 2016 itu.

Di tengah kekacauan yang terjadi, Ardi dan jajaran unit antiterorisme, serta seorang polisi lalu lintas bernama Firman berhasil meringkus pelaku dalam 22 menit.

2. Srikandi (2018)

3 Srikandi yang dapat disaksikan pada media layanan streaming film Vidio.com
(FOTO/INSTAGRAM @3srikandi)

3 Srikandi merupakan film biopik yang diangkat dari kisah perjuangan tiga atlet Indonesia: Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani.

Mereka adalah pemanah perempuan Indonesia pertama yang berhasil memenangkan medali Olimpiade. Kisah bermula pada 1988, Indonesia mempersiapkan diri untuk tampil dalam Olimpiade Musim Panas di Seoul.

Saat itu, cabang panahan berada di titik kritis sehingga membutuhkan pelatih yang bisa menyiapkan tim panahan wanita dalam waktu singkat.

3. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck (2013)

Pevita Pearce & Reza Rahardian yang bermain pada film ini (FOTO/YOUTUBE Intercine Film)

Tenggelamnya Kapal Van der Wijck merupakan film Indonesia dari kisah nyata kejadian kapal Van Der Wijck milik maskapai pelayaran Belanda, yang tenggelam di Perairan Brondong Lamongan, Jawa Timur pada 1936.

Film berlatar tahun 1930-an ini menceritakan pemuda melarat asal Makassar bernama Zainuddin (Herjunot Ali) yang berlayar menuju kampung halaman ayahnya di Batipuh, Padang Panjang.

Di sana, Zainuddin bertemu dengan gadis cantik keturunan bangsawan bernama Hayati (Pevita Pearce) dan saling jatuh cinta.
Namun Zainuddin dan Hayati tak bisa bersatu karena terhalang adat. Hingga akhirnya, kisah cinta mereka menemui ujian terberatnya saat Hayati dalam perjalanan menaiki kapal Van der Wijck.


4. Habibie & Ainun (2012)

Reza Rahardian yang berpedan sebagai Habibie & Bunga Citra Lestari yang berperan sebagai Ainun (FOTO/YOUTUBE MD Pictures)

Habibie & Ainun merupakan film biografi tentang kisah cinta Presiden ke-3 Indonesia, B.J. Habibie dengan sang istri, Hasri Ainun Besari.
Keduanya yang menyukai satu sama lain memutuskan menikah dan menjalani susah senang kehidupan bersama, mulai dari saat Habibie menjalani studi di Jerman hingga mengemban tugas sebagai presiden.

Namun, kebahagiaan mereka harus dirundung duka saat Ainun didiagnosis mengidap kanker ovarium pada 24 Maret 2010.

Seiring dengan kesuksesan besar Habibie & Ainun, film ini diikuti dua prekuel yakni Rudy Habibie (2016) dan Habibie & Ainun 3 (2019).

5. Soegija (2012)

Cuplikan film Soegija (FOTO/YOUTUBE Movieclips Trailer)

Soegija merupakan film drama epik Indonesia arahan sutradara Garin Nugroho. Kisahnya diangkat berdasarkan memoar berjudul Soegija, Catatan Harian Seorang Pejuang Kemanusiaan karya Gregorius Budi Subanar.

Monsinyur Albertus Soegijapranata atau dikenal sebagai Soegija adalah uskup pribumi pertama di Hindia Belanda yang sangat humanis.

Dalam film ini digambarkan upaya Soegija dalam meringankan penderitaan rakyat di tengah kekacauan perang. Atas perannya itu, Presiden Soekarno memberikan penghargaan dengan gelar Pahlawan Nasional.

6. Surat Kecil Untuk Tuhan (2011)

Cuplikan film Surat Kecil Untuk Tuhan (FOTO/YOUTUBE Falcon)

Surat Kecil untuk Tuhan adalah film drama biografi Indonesia yang diangkat dari kisah nyata dari novel best-seller yang berjudul sama.

Film ini bercerita tentang Gita (Dinda Hauw) yang menderita kanker ganas Rhabdomyosarcoma. Gadis 13 tahun tersebut dikelilingi keluarga dan teman yang setia menemaninya.

Sang ayah pun tak sekali pun menyerah agar anak gadisnya bisa sembuh. Meski akhirnya, Gita harus menerima kenyataan bahwa ia memang tidak dapat disembuhkan karena kankernya sudah menyebar.

7. Sang Pencerah (2010)

Cuplikan film Sang Pencerah yang berlatar kolonial (FOTO/YOUTUBE Muvilia TrailerID)

Film Indonesia dari kisah nyata berikutnya adalah Sang Pencerah yang mengangkat sosok pahlawan nasional dari pemimpin gerakan pemuda di Yogyakarta, Ahmad Dahlan.

Saat itu Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah sesat, yakni syirik dan bid'ah.

Penentangan itu justru membuat Ahmad Dahlan dianggap sesat, menghasut, dan merusak kewibawaan keraton dan Masjid Besar. Ia juga dituduh sebagai kyai Kafir karena membuka sekolah seperti gaya Belanda.

Namun tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Bersama sang istri dan 5 murid setianya, Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam berpikiran progresif sesuai zaman.



Penulis: Silva Shehan A
Sumber: Cnnindonesia.com

























 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete