Langsung ke konten utama

Lantai Dua

Ketika aku masih kecil, keluargaku pindah ke sebuah rumah tua berlantai dua yang memiliki banyak kamar dan pintu-pintunya berderit keras. Kedua orangtuaku bekerja, sehingga aku sering di rumah sendirian sepulang sekolah.

DOC.Google

Pada suatu sore aku pulang dan mendapati rumah masih gelap. Aku memanggil mamaku "Mama?" dan mendengar suara merdunya menjawab "Yaaa?" dari lantai dua. Aku panggil mama sekali lagi sambil menaiki tangga menuju lantai dua, hendak mencari di mana mamaku berada. Sekali lagi mama menjawab "Yaaa?" dengan suara yang lembut.

Karena belum terlalu lama pindah ke rumah itu, aku belum terlalu hapal dengan denahnya. Tetapi aku yakin suara mama berasal dari salah satu kamar kosong yang terletak di ujung lorong. Aku sempat merasa merinding, tapi kupikir itu hal yang wajar. Dan begitu aku bertemu mama nanti pasti perasaan itu akan hilang! Jadi aku segera menuju kamar di ujung lorong dan menggapai kenop pintunya.

Ketika baru akan memutar kenop pintu kamar itu, aku mendengar pintu depan rumah terbuka. Suara mamaku yang melengking ceria terdengar memanggil dari bawah "Nak, kamu sudah pulang duluan?"

Spontan aku terperajat! Melompat mundur dari pintu kamar kosong di depanku dan berlari kabur ingin menyambut mamaku yang ada di bawah! Namun selagi menengok ke belakang untuk terakhir kalinya, aku melihat pintunya terbuka sedikit dengan bunyi derit nyaring. Dan seseorang... tidak! Sesuatu, memandangiku dari celah pintu tersebut.

Rambutnya yang terurai sangat panjang, mukanya yang keripus, bibir pucat, mata sayu dan lingkaran mata yang hitam sangat terlihat jelas ketika aku menengok ke arah kamar itu. Dia tersenyum dengan datar dan melambaikan tangan kearah ku. Saat itu aku sulit untuk melangkah setelah semua apa yang terjadi.

Aku berusaha untuk mengatakan sesuatu, tetapi itu sangat sulit kuucapkan. Aku merasa berteriak padahal tidak sama sekali ada suara yang keluar dari diriku. Badanku yang penuh keringat, mulutku yang terbungkam dan air mata yang menetes perlahan, semua itu tidak aku sadari sama sekali. 

Setelah beberapa kemudian, tiba-tiba mama datang menghampiriku dan berkata “hey kamu kok dipanggil gak nyamperin dari tadi”. Dari situ secara tidak langsung aku mulai bisa bergerak dan berbicara. Sontak aku langsung memeluk erat mama karena masih merasa takut dan tidak percaya setelah apa yang aku lihat tadi.

Mama mulai merasa kebingungan penuh tanda tanya dan berkata “hey kamu kenapa? kamu kok keringetan gini, kamu sakit?” sambil memegang keningku. Aku masih memeluk dan tidak berani mengatakan apapun tidak menjawab pertanyaan mama.

Kemudian setelah itu mama membawaku ke lantai bawah untuk mengajak makan siang bersama diluar. Setelah sesampainya ditempat makan aku mencoba menceritakan semua kejadian yang aku alami ke mama. Mama yang kurang percaya dengan hal itu langsung terkejut ketika mendengar semuanya.

Seminggu kemudian, kami memutuskan untuk pindah kerumah yang telah dibangun dari lama. Dan sampai saat ini aku bersyukur setelah pindah ke rumah baru tidak pernah ada kejadian mistis sama sekali.

 Lantai Dua

Ketika aku masih kecil, keluargaku pindah ke sebuah rumah tua berlantai dua yang memiliki banyak kamar dan pintu-pintunya berderit keras. Kedua orangtuaku bekerja, sehingga aku sering di rumah sendirian sepulang sekolah.

Pada suatu sore aku pulang dan mendapati rumah masih gelap. Aku memanggil mamaku "Mama?" dan mendengar suara merdunya menjawab "Yaaa?" dari lantai dua. Aku panggil mama sekali lagi sambil menaiki tangga menuju lantai dua, hendak mencari di mana mamaku berada. Sekali lagi mama menjawab "Yaaa?" dengan suara yang lembut.

Karena belum terlalu lama pindah ke rumah itu, aku belum terlalu hapal dengan denahnya. Tetapi aku yakin suara mama berasal dari salah satu kamar kosong yang terletak di ujung lorong. Aku sempat merasa merinding, tapi kupikir itu hal yang wajar. Dan begitu aku bertemu mama nanti pasti perasaan itu akan hilang! Jadi aku segera menuju kamar di ujung lorong dan menggapai kenop pintunya.

Ketika baru akan memutar kenop pintu kamar itu, aku mendengar pintu depan rumah terbuka. Suara mamaku yang melengking ceria terdengar memanggil dari bawah "Nak, kamu sudah pulang duluan?"

Spontan aku terperajat! Melompat mundur dari pintu kamar kosong di depanku dan berlari kabur ingin menyambut mamaku yang ada di bawah! Namun selagi menengok ke belakang untuk terakhir kalinya, aku melihat pintunya terbuka sedikit dengan bunyi derit nyaring. Dan seseorang... tidak! Sesuatu, memandangiku dari celah pintu tersebut.

Rambutnya yang terurai sangat panjang, mukanya yang keripus, bibir pucat, mata sayu dan lingkaran mata yang hitam sangat terlihat jelas ketika aku menengok ke arah kamar itu. Dia tersenyum dengan datar dan melambaikan tangan kearah ku. Saat itu aku sulit untuk melangkah setelah semua apa yang terjadi.

Aku berusaha untuk mengatakan sesuatu, tetapi itu sangat sulit kuucapkan. Aku merasa berteriak padahal tidak sama sekali ada suara yang keluar dari diriku. Badanku yang penuh keringat, mulutku yang terbungkam dan air mata yang menetes perlahan, semua itu tidak aku sadari sama sekali. 

Setelah beberapa kemudian, tiba-tiba mama datang menghampiriku dan berkata “hey kamu kok dipanggil gak nyamperin dari tadi”. Dari situ secara tidak langsung aku mulai bisa bergerak dan berbicara. Sontak aku langsung memeluk erat mama karena masih merasa takut dan tidak percaya setelah apa yang aku lihat tadi.

Mama mulai merasa kebingungan penuh tanda tanya dan berkata “hey kamu kenapa? kamu kok keringetan gini, kamu sakit?” sambil memegang keningku. Aku masih memeluk dan tidak berani mengatakan apapun tidak menjawab pertanyaan mama.

Kemudian setelah itu mama membawaku ke lantai bawah untuk mengajak makan siang bersama diluar. Setelah sesampainya ditempat makan aku mencoba menceritakan semua kejadian yang aku alami ke mama. Mama yang kurang percaya dengan hal itu langsung terkejut ketika mendengar semuanya.

Seminggu kemudian, kami memutuskan untuk pindah kerumah yang telah dibangun dari lama. Dan sampai saat ini aku bersyukur setelah pindah ke rumah baru tidak pernah ada kejadian mistis sama sekali.


Penulis: Salma Sebrina A

Sumber: IDN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete