Suasana warteg yang berada di tengah mall, di Plaza Festival, Kuningan, Jakarta Selatan. |
1
WARTEG TEGAL, BERTAHAN HIDUP WALAU DI PINGGIR JALAN
Warung tegal adalah salah satu jenis usaha rumah makan yang menyediakan makanan dengan
cita rasa Indonesia dengan harga yang murah. Biasa juga disingkat warteg.
Warung tegal ini terletak dipinggir jalan raya.
Suasana warung tegal yang terus bertahan dalam perkembangan modern |
Hidangan-hidangan
di warteg pada umumnya sederhana dan mempunyai ciri khas yaitu “masakan rumah” yang berarti menu yang disajikan
seperti orek tempe, telor balado, ayam goreng, ikan goreng, dan
lainnya. Bukan hanya
hidangan lauk pauk saja, mie instan, goreng-gorengan, juga minuman seperti
teh, kopi, dan minuman ringan juga tersedia di warung tegal. Beberapa warung
Tegal juga khusus menghidangkan beberapa jenis makanan, seperti sate Tegal,
gulai, dan minuman khas Tegal yaitu teh poci.
Seorang pedagang warteg sedang melayani pembeli yang sedang memesan |
Warung tegal berasal dari kota Tegal,
tapi sekarang warteg bisa dijumpai di kota-kota besar
maupun pinggiran kota, baik yang dikelola oleh orang asli Tegal maupun bukan
asli Tegal. Pengelola warung tegal di Jakarta yang asli orang Tegal biasanya
tergabung dalam Koperasi Warung Tegal, yang popular dengan singkatan Kowarteg.
Warung tegal awalnya didirikan untuk masyarakat
menengah ke bawah. Tapi sekarang sudah mulai berubah kalangan menengah ke atas
juga ikut makan di warung tegal. Karena sekarang warung tegal sudah dapat
dijumpai di pusat kota besar yang dekat dengan industri dan perkantoran.
2
WARTEG DIGEMARI MAHASISWA HINGGA ORANG KANTORAN
Warteg Warmo
Warteg Warmo (Fotografer: Abby Ravsanjani) |
Warteg merupakan alternatif tempat makan
berbagai kalangan, menu rumahan yang beragam dan siap saji ini dijual rata-rata
dengan harga yang terjangkau. Kini perkembangan wirausaha warteg semakin
menjamur dan merajai hampir di setiap pelosok daerah di Jakarta dan sekitarnya.
Salah
satu yang paling tersohor diantara ribuan warteg yang ada di Jakarta adalah
Warteg Warmo di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Warmo yang berdiri sejak 1969
ini buka full 24 jam dengan jumlah
pengunjung ratusan setiap harinya.
Harga
yang terjangkau dan makanan rumahan yang pas dengan lidah orang Indonesia
membuat banyak pengunjung berdatangan mulai dari supir angkot, karyawan, sampai
kalangan menengah ke atas. Seperti yang
di sampaikan oleh Yasir (33) seorang karyawan yang sedang memesan makanan di warteg tersebut.
Warteg Belek
Warteg
yang satu ini memilki ciri khas tersendiri, makanan yang disajikanya sedikit
unik yaitu telur belek. Warteg yang terletak di belakang kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan ini banyak dikunjungi oleh karyawan dan mahasiswa
yang berada di wilayah sana.
Warteg Belek (Fotografer: M. Biril Mustopha) |
Menu
yang unik dan tempat yang berada di tengah kota itu membuat daya tarik
tersendiri bagi beberapa pengunjung. Salah satunya Sony (19), mahasiswa salah
satu universitas swasta ini sangat sering makan di jam istirahat
perkuliahannya.
“Makanan di sini sangat unik dan enak apa lagi
telor beleknya, makanan favorit banyak orang di sini,” ujar Sony yang ditemui
di Warteg Belek.
Warteg Barokah
Warteg Barokah terletak di bilangan Kuningan, Jakarta selatan. Warteg ini memiliki cara
pelayanan yang unik, pelayanan unik itu di tawarkannya dengan cara pesan
antar kepada pembelinya. Warteg ini sangat ramai pengunjungnya di saat jam
makan siang.
Pelayanan pesan antar ini membuat para pelanggan yang malas keluar kantor atau malas ke tempat makan bisa langsung menelepon warteg Barokah ini dan langsung diantar ke tempat pembeli. Misalnya saja, Alvian (19), mahasiswa yang sudah berlangganan makan di warteg Barokah.
“Ya, enak aja kalau pesen makan di Barokah gak perlu keluar kampus dan jalan ke tempatnya, cukup telepon terus mbaknya datang ke sini,” ujar mahasiswa berpostur tinggi dan berkacamata tersebut.
Pelayanan pesan antar ini membuat para pelanggan yang malas keluar kantor atau malas ke tempat makan bisa langsung menelepon warteg Barokah ini dan langsung diantar ke tempat pembeli. Misalnya saja, Alvian (19), mahasiswa yang sudah berlangganan makan di warteg Barokah.
“Ya, enak aja kalau pesen makan di Barokah gak perlu keluar kampus dan jalan ke tempatnya, cukup telepon terus mbaknya datang ke sini,” ujar mahasiswa berpostur tinggi dan berkacamata tersebut.
Warteg Barokah (Fotografer: M. Biril Mustopha) |
3
WARTEG GO INTERNASIONAL
Seiring berjalannya waktu yang semakin modern,
warteg sekarang tak hanya berada di pinggir jalan saja, namun juga di
pusat perbelanjaan. Wartequ adalah sebuah restaurant bertemakan warteg.
Konsep ini disebut warteg modern karena tak hanya kalangan menengah ke bawah
saja yang bisa menikmatinya, namun kalangan menengah ke atas juga dapat
menikmatinya.
4
WARTEQU, WARTEG YANG MASUK MALL JAKARTA
Suatu siang setelah selesai kuliah, saya dan
teman-teman merasakan bahwa setelah belajar dari pagi hingga siang hari membuat kami lapar dan segeralah kami mencari tempat makan untuk siang ini.
Kami niatnya ingin pergi ke rumah makan yang
cepat saji, sebut saja KFC, namun seketika kami berpaling ke tempat makan satu
ini. Tempat makan ini adalah wateg. Akan tetapi, yang membuat saya
berpaling dan membuat saya penasaraan adalah gaya unik warteg ini.
Dua pelanggan sedang menikmati makanan yang disajikan wartequ |
Sebuah restoran makan yang menyajikan aneka
makanan warteg. Saya langsung saja mencoba memesan nasi goreng kampung dan es
teh manis untuk menu makan siang ini, dan ternyata harganya juga gak jauh beda
dengan warteg di jalanan. Saya saja hanya membayar 35 ribu rupiah sudah terasa kenyang
dan terasa puas dengan makan siang kali ini.
Warteg modern ini juga menyajikan makanan yang
berada di warteg pinggir jalan pada umumnya seperti ayam goreng. Tempat di
warteg modern ini terasa lebih nyaman dibanding warteg yang terletak di pinggir
jalan yang terkesan sempit dan kurang bersih.
Makanan yang disajikan di wartequ tampak tertata rapi dan bersih |
Tim:
- Abby Ravsanjani
- Dahlia Sari Oktaviani
- M. Biril Mustopha
- Veby Anggreny
Awal berdiri Warmo ini karena kaka beradik asal Sidakaton Tegal yang mulanya bekerja sebagai tukang becak saat pertama datang ke Jakarta. Lalu akhirnya mencoba membuka warung nasi kecil-kecilan dan ternyata laku hingga saat ini Sebelum taun 1970, Warmo ini lokasinya bukan di Tebet lho melainkan di Roxy dan Jatinegara.
BalasHapus