Kampus
UB - Direktur Pembelajaraan dan Kemahasiswaan pada 22 Juli lalu mengeluarkan
surat edaran yang menginstruksikan agar kegiatan ospek dijalankan oleh pihak
kampus, bukan mahasiswa. Sudah bukan rahasia lagi, hal ini dipicu oleh maraknya
isu bullying dan perploncoan pada kegiatan
ospek yang dilaksanakan oleh mahasiswa. Tujuan surat edaran ini tentunya agar
dapat menghilangkan 'tradisi' bullying dan perploncoan tersebut.
Namun,
tidak semua kegiatan ospek yang diselenggarakan mahasiswa melakukan tindakan
tak terpuji tersebut, contohnya saja di kampus UB. MeClub Online merangkum
cerita-cerita Sobat MeClub yang pernah mengikuti rangkaian kegiatan yang biasa
disebut UB's Week ini pada Sabtu (22/8/2015).
Nurkumala
Dewi, mahasiswi Akuntansi 2012, mengakui bahwa mengikuti rangkaian UB's Week
merupakan pengalaman yang seru dan mampu mengajarkan nilai-nilai penting, salah
satunya kemampuan kerja sama.
"Yang
lebih berasa sih teamwork sama unity-nya.
Soalnya banyak banget kegiatan yang ngandelin kerja sama dan harus kompak.
Meskipun baru (saling) kenal, gak tahu mereka siapa, tapi harus kerja
sama bareng," ujarnya.
Gadis
yang akrab disapa Dewi itu juga mengatakan, hal terpenting dalam kegiatan UB's
Week yang pernah ia ikuti adalah mengenai pengenalan kampus.
"Soalnya
kita kan baru masuk di lingkungan baru, gak tahu apa-apa tentang lingkungan baru
itu. Jadi perlu banget tahu lingkungan baru kita seperti apa,
dengan siapa aja kita bakalan bekerja sama, bagaimana tradisinya,"
tambahnya.
Senada
dengan Dewi, Mulya Safitri, mahasiswi Ilmu Komunikasi 2014 juga menuturkan
bahwa ia dapat lebih memahami lingkungan kampus.
"Memperkenalkan
budaya yang ada di kampus ya, menambah kesadaran mahasiswa baru akan
tanggungjawab akademik dan sosialnya, (juga) mempersiapkan mahasiswa agar mampu
belajar di perguruan tinggi dan mematuhi norma-norma yang berlaku di
kampus," ujar Mulya.
Baik
Dewi maupun Mulya mengakui, terkadang ada beberapa situasi dimana mereka
dimarahi dalam rangkaian kegiatan UB's Week ini. Namun, keduanya sepakat bahwa
hal tersebut masih wajar.
"Mungkin
ada marah-marah gitu. Tapi
wajar. Mereka marah karena memang yang disuruh ga sesuai instruksi. Misal, nametag salah atau datang telat. Lebih ngajarin biar kita
disiplin sih. Toh kan (sekarang)
bukan anak SMA lagi, udah mahasiswa," kata Dewi.
Jika dibandingkan dengan kampus
lain, UB’s Week sebenarnya jauh lebih ringan, karena biasanya hanya
dilaksanakan sekitar lima hari. Hal itu diperkuat dengan cerita Alviandri
Purnama, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2012.
“Wah UB's Week jauh lebih ringan
tentunya. Temenku di kampus-kampus lain, ospeknya bisa sampe berbulan-bulan loh! Terus bikin karya ilmiah gitu,” ujar Alvian.
Jadi, jika kita telisik kembali,
sebenarnya pelaksanaan UB's Week sudah dilakukan dengan sewajarnya.
Penulis : Sapta Agung Pratama
Tim
Liputan : Nursita Sari, Ayu Nanda Maharani
Komentar
Posting Komentar