Langsung ke konten utama

Darminto: Minimal 18 SKS Itu Asumsi Saja


Sapta AP - MeClub UB

Jakarta - Menjelang semester ganjil 2015-2016, berbagai kebijakan administratif mengalami perubahan. Tidak hanya sistem pembayarannya, namun besaran biaya yang harus dibayarkan juga berubah. Belakangan, sempat beredar isu bahwa meskipun tidak mengambil sejumlah 18 SKS, namun semua mahasiswa diwajibkan tetap membayar sejumlah tersebut, ditambah biaya registrasi dan BOP.

Sebenarnya, jumlah minimal pembayaran 18 SKS ini sudah dimulai sejak semester genap yang lalu. Namun isu ini kembali naik ke permukaan menjelang dimulainya semester ganjil TA 2015-2016. Untuk itu, MeClub Online melakukan konfirmasi kepada Wakil Rektor Bidang Non-Akademik, Dr. Darminto, MBA pada Kamis (13/8/2015) pagi.

Ditemui di ruangannya, Darminto langsung membantah anggapan ini. Ia mengatakan bahwa biaya kuliah yang wajib dibayarkan adalah yang sesuai dengan jumlah SKS yang diambil oleh mahasiswa.

Dengan adanya sistem pembayaran melalui virtual account (VA), pihak kampus harus melakukan input data besaran tagihan tiap-tiap mahasiswa. Sementara, tagihan yang harus dibayarkan setiap mahasiswa itu berbeda-beda dan disesuaikan dengan masing-masing angkatan. 

"Kan rate per angkatan juga berbeda, misalnya ada yang per SKS bayarnya 300 ribu, ada juga yang per SKS membayar 350 ribu. Belum lagi per jenis beasiswa, ada Gemilang, ada Cemerlang. Juga per jumlah SKS yang diambil," ujar pria yang meraih gelar Master of Business Administration di State University of New York ini.

"Jadi mahasiswa yang sisa SKS-nya masih banyak, kita asumsikan saja dia itu minimal mengambil 18 SKS. Sehingga yang kita input pada tagihan di virtual account pada masa pembayaran awal itu adalah dengan asumsi 18 SKS. Kalau yang tinggal sedikit sisanya, ya kita input, misalnya tinggal skripsi saja, ya kita input 6 SKS," tambahnya. 

Biaya tersebut masih di luar biaya biaya registrasi dan BOP. Bagi mahasiswa dengan status beasiswa penuh namun karena berbagai hal harus melakukan penambahan masa studi untuk, misalnya, menyelesaikan skripsi, maka diwajibkan membayar biaya skripsi dan registrasi saja. Hal ini dikarenakan beasiswa penuh yang diterima hanya berlaku selama masa studi 4 tahun.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete