Langsung ke konten utama

Ada Apa dengan Wajahku?

 

Doc: Google

Perkenalkan, namaku Sarah. Aku merupakan murid pindahan di sekolah ini. Sebelumnya aku bersekolah di sebuah pedesaan, tetapi karena ayahku yang memiliki pekerjaan di kota sehingga aku ikut pindah dengan keluargaku dan masuk ke sekolah ini. Aku memiliki paras yang manis dan cantik, itu kata teman-temanku saat pertama kali masuk ke sekolah dan aku jadi pusat perhatian para murid di sekolah. Karena parasku yang menarik ini, sehingga aku memiliki banyak teman dan juga tidak sedikit yang tidak menyukaiku. 


Aku sangat tertarik dengan sekolah ini karena ekstrakurikuler nya yang sangat banyak dan juga aktif. Salah satu ekstrakurikuler yang menarik perhatianku yaitu “modelling”. Aku selalu mempunyai impian untuk tampil percaya diri diatas panggung dengan pakaian yang menarik. Dengan demikian, aku mengikuti kegiatan ekstrakurikuler ini. 


Sampai suatu hari, ketika aku mengikuti pelajaran matematika seperti biasa tiba-tiba salah satu guru pun datang ke kelasku dan mencariku. “Permisi, apakah disini ada yang bernama Sarah?” Ucap guru tersebut. Aku yang sedang mencatat materi dari papan tulis kemudian menoleh dan menjawab pertanyaan tersebut. “Iya pak, saya Sarah. Ada apa ya pak?”. Lalu guru tersebut memberikan informasi kepadaku. 


“Sarah, kamu terpilih oleh sekolah untuk mewakili sekolah mengikuti lomba model di kota”

“Maaf pak, tapi kan saya masih murid baru di sini. Kenapa tidak yang lain saja pak?”

“Kamu saja ya, karena sudah dipilih oleh beberapa guru dan kepala sekolah pun juga setuju”

“Baiklah pak jika demikian saya tidak bisa menolak, dan saya akan mengikuti perlombaan tersebut”


Dari meja lain di kelasku, seseorang mendengarkan percakapanku dengan guru dengan tatapan sangat tidak suka. 


Demi memenangkan perlombaan tersebut, aku harus berlatih di beberapa waktu tertentu sepulang sekolah di ruang ekskul agar aku bisa tampil secara maksimal.


Sampai suatu ketika, menjelang esok hari perlombaan aku harus berlatih sampai malam di sekolah. Dengan kaki yang terasa pegal dan capek aku berjalan keluar ruang ekskul. Ketika melewati koridor tiba-tiba ada seorang murid yang seperti dengan sengaja menabrakku. Murid tersebut sambil memegang sebuah sapu tangan kemudian menabrak ku dan dengan sengaja sapu tangan tersebut diarahkannya ke pipi ku. “Aduh” keluhku kesakitan karena jatuh. “Maaf maaf aku tidak sengaja” murid tersebut mencoba bangun dan membantuku untuk berdiri dan sekali lagi ia meminta maaf kepadaku dan kemudian berjalan meninggalkan koridor. Dengan abai aku tidak peduli dan kemudian tetap berjalan pulang ke rumah.


Sesampainya aku dirumah, kemudian aku mengganti bajuku dan mandi untuk membersihkan diri. Sampai ketika aku ingin membasuh wajahku dengan air kemudian aku merasa aneh dengan wajahku seperti ada rasa lengket di pipi dan kemudian gatal, tetapi hal tersebut tidak aku pedulikan karena aku beranggapan bahwa itu hanya karena wajahku kotor sehingga aku merasa gatal. 


Setelah aku selesai mandi dan kemudian aku membereskan tempat tidurku dan beranjak tidur. Selama aku tertidur, aku merasakan gatal yang amat sangat di pipiku sampai aku tidak sadar selama tertidur aku menggaruk gatal tersebut sampai menimbulkan sebuah benjolan yang tidak biasa. 


Sampai ketika pagi hari alarmku berbunyi, aku terbangun dari tidurku kemudian menatap ke kaca dan seketika aku terkejut bahwa wajahku muncul sebuah benjolan asing walaupun terlihat kecil sehingga tidak aku pedulikan dan aku pun mulai bersiap-siap untuk melaksanakan lomba. 


Ketika aku sampai di lokasi lomba, aku pun di ruang ganti ingin mulai mendandani wajah ku agar aku terlihat tampak cantik dan segar tetapi aku terkejut melihat wajahku di kaca. “Mengapa benjolan ini semakin membesar” gumamku dengan kesal. Dengan rasa penasaran aku menekan benjolan di pipiku tersebut dengan amat kencang sampai aku sedikit berteriak karena merasa kesakitan. 


“Arrghh” teriakku kesakitan dan aku pun terkejut karena muncul seperti sebuah rambut kecil di ujung benjolan tersebut yang kemudian dengan penasaran aku tarik rambut tersebut dan aku berteriak lagi “Arghh” kagetku dan ternyata yang ku pegang bukan sebuah rambut kecil tapi aku merasa itu seperti sebuah serangga. Teman ku yang juga sebagai peserta lomba pun kaget dan melihat kepadaku dan bertanya “Ada apa Sarah? Apakah baik-baik saja?”. Dan kemudian aku berlari terburu-buru ke toilet agar tidak ada yang melihatku. 


Sesampainya aku di toilet, aku berkaca disana dan dengan rasa penuh gregetan aku paksa untuk menekan benjolan di pipiku itu sambil meringis kesakitan yang amat sangat. Sampai tiba-tiba keluar banyak serangga kecil yang muncul dari benjolan tersebut dengan bercampur darah. Dan kemudian aku berteriak menjerit yang membuat kaget di sekitar dekat toilet dan aku mencoba untuk menghilangkan semua serangga dari wajahku dan dengan paniknya aku berhenti disudut toilet dan duduk tersungkur di lantai sambil menangis. Karena teriakan ku yang sangat kencang tersebut akhirnya teman-temanku masuk ke dalam toilet dan mendekatiku berusaha untuk menanyakan apa yang sedang terjadi “Ada apa Sarah? Kenapa kamu berteriak?”. Temanku yang lain tidak sengaja melihat ke wastafel di dekat kaca toilet dan kemudian berseru kaget karena melihat ada serangga bercampur darah di wastafel tersebut. 


“Sarah….” panggil temanku. Tetapi panggilan tersebut tidak aku pedulikan dan aku tetap menangis di sudut toilet. Dan teman-temanku mencoba mendekatiku untuk menenangkanku. 


“Jangan dekati aku” teriakku. Sambil menunjukkan wajahku yang ada bekas lubang karena benjolan tersebut dan dengan lumuran darah di sekitarnya. 


Teman-temanku kemudian bergidik ngeri, ada yang kabur dan ada juga yang seketika muntah ditempat karena terkejut melihat wajahku. 


“Menjauh semua dariku” “Jangan dekati aku” ucapku. 


“Ada apa dengan wajahku?” lirihku sambil menangis.


Penulis : Cut Putri Fitria

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete