Langsung ke konten utama

Supir Bus yang Tersesat

Doc:Google


Kejadian mistis ini dialami oleh seorang sopir bus malam bernama Dimas Suryaningrat. Saat itu, ia berangkat dari Bogor pada jam 7 malam menuju Padaherang-Cipatujah arah Pantai Pangandaran lewat Cidaun, Cianjur Selatan.

 

Dimas beroperasi sendiri karena teman kerjanya memiliki kepentingan keluarga. Ia menyetir selama 6 jam hingga sampai di Sukanagara. Ia berhenti karena kebetulan di situ ada warung nasi, dan ia memesan segelas kopi sebelum berangkat lagi.

 

Warung tersebut dari depan terlihat remang-remang karena hanya diterangi beberapa lampu lentera. Hidangan yang tampak hanya beberapa gorengan yang sudah dingin.

 

Dimas lantas masuk ke warung tersebut dan memanggil pemiliknya dengan bahasa Sunda. Pemilik warung yang merupakan seorang perempuan menyahut dan datang menemui Dimas.

 

Kemudian, Dimas duduk dan segera memesan kopi susu. Melihat kondisi warung yang sepi, Dimas pun bertanya kepada perempuan itu mengapa hanya sendirian saja.

 

Perempuan itu menjawab bahwa suaminya sudah tidur di kamar dan warungnya masih tetap buka karena sering disinggahi para supir truk yang lelah dan ingin ngopi seperti Dimas.

 

Sambil menyalakan rokok, Dimas memperhatikan kopi yang terasa agak dingin. Ia mendadak cemas dengan warung dan pemilik warung tadi. Saat kembali meminum kopi, anehnya kopi yang Dimas minum tiba-tiba saja rasanya hambar, dan membuat badannya terasa sangat berat.

 

Lalu, ia menuju ke mobil hendak ganti baju karena bajunya penuh dengan keringat dingin. Namun, ia dikejutkan dengan suatu hal.

 

Mendadak matanya melihat kepala anak kecil menggelinding ke tengah jalan dan seorang perempuan yang seisi perutnya terburai keluar. Wajahnya hancur sebelah dengan rambut yang terkelupas sama kulit kepalanya, tangannya melambai-lambai seperti ingin meminta tolong.

 

 

“Ketika itu saya ingin memejamkan mata, rasanya berat sekali. Lalu saya menoleh ke arah perempuan pemilik warung itu. Saya lihat dia seperti sedang menangis meratapi sesuatu, wajahnya pucat pasi, sorot mata yang penuh benci. Saya keluar dari mobil dan tidak peduli dengan apa yang ada di sekeliling saya, dan saya berniat membayar kopi yang saya pesan tadi,” ucap Dimas saat bercerita kepada temannya.

 

“Saya sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres dan bergegas untuk menuju mobil. Namun, entah kenapa kaki dan badan saya terasa berat,” lanjut Dimas. Ia sudah pasrah jika saat itu ajal datang menjemputnya.

 

“Tiba-tiba saya dikagetkan oleh suara klakson truk yang berhenti tepat di belakang mobilnya. Tiga armada truk berjejer di belakang mobilnya dan para pengemudi truk tersebut menghampirinya dan bertanya mengapa saya berdiri sambil bengong di tempat tersebut,” kata Dimas.

 

Dimas bercerita tentang seluruh kejadian yang dialami. Ternyata daerah yang sedang dilewatinya tersebut merupakan daerah angker. Warung yang disinggahi ia singgahi rupanya sudah tidak ada dan dulunya pernah hancur ditabrak oleh truk. Keluarga beserta pemilik warung semuanya meninggal dunia karena terlindas truk tersebut.

 

“Akhirnya salah satu dari ketiga teman supir saya memutuskan untuk menemani saya menuju tempat tujuan dengan selamat,” kata Dimas menutup ceritanya".

 

Penulis: Salma Sebrina A

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tempo Siasati Isu Konvergensi Media

doc. Google Meski sempat dibredel beberapa kali, namun majalah Tempo bangkit kembali dengan karakternya yang khas. Bahasa yang singkat, tidak bertele-tele, headline dan cover majalah yang menarik, semua hal tersebut membuat pembaca ingin membaca lebih dalam mengenai majalah Tempo. Tentunya hasil yang sedemikian rupa memerlukan proses yang tidak mudah pula. Redaktur Pelaksana Sains, Sport & Kolom , Yos Rizal , menerangkan tentang proses produksi majalah Tempo kepada kami, yang datang Jumat (10/10) lalu. D idukung dengan visualisasi slide power point yang sudah disiapkan , Yos Rizal menjelaskannya kepada kami . Proses produksi majalah Tempo hampir tidak jauh berbeda dengan proses produksi pemberitaan di media lain. Dimulai dengan rapat r e d aksi yang membahas tentang usulan mengenai isu apa sajakah yang menarik untuk dibahas, kemudian dilakukan penugasan kepada reporter, setelah itu reporter akan ‘belanja’ berita di lapangan. Setelah mendapatkan informasi di l

Coffee Traveler #2: All About Coffee

dok. pribadi Kedai kopi merupakan hal yang tidak asing lagi di telinga masyarakat saat ini. Menikmati kopi di kedai kopi langsung telah menjadi gaya hidup masyarakat Indonesia masa kini. Semakin berkembangnya zaman, kedai kopi bukan hanya dijadikan sebagai tempat untuk minum kopi saja. Tempat yang nyaman dengan suasana yang nyaman membuat konsumen betah dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan atau meeting point . Journey Coffee merupakan salah satu kedai kopi yang berlokasi di daerah Tebet, Jakarta Selatan. Lokasinya pun strategis yaitu berada dipinggir jalan raya. Kedai kopi ini berdiri sejak tahun 2014. Buka dari jam 10.00 hingga 23.00 WIB pada weekdays dan jam 10.00 hingga 24.00 WIB saat weekend . Fasilitas yang disediakan berupa wifi, toilet serta area parkir. Journey Coffee memiliki 2 lantai, lantai pertama merupakan area atau ruangan bebas asap rokok karena difasilitasi dengan AC dan lantai kedua dikhusus kan untuk smoking area dengan design yang menarik.

Menilik Kelompok Musik Tunanetra di CFD Jakarta

Grup musik disabilitas tunanetra , Smart Voice Kegiatan car free day (CFD) di  Jakarta selalu ramai lalu-lalang warga untuk berolahraga atau sekedar menikmati suasana ibu kota yang penuh gedung pencakar langit tanpa terganggu kendaraan bermotor. Namun, dibalik hiruk-pikuk tersebut, terselip orang-orang yang mengais rezeki dari ramainya suasana. Adalah Smart Voice , sekelompok musisi jalanan ‘unik’ yang biasa menggelar pertunjukan music jalanannya setiap Minggu pagi di kawasan CFD Sudirman, Jakarta. Penyebutan unik bukan tanpa alasan, hal itu dikarenakan seluruh anggotanya yang merupakan warga disabilitas tunanetra. Kelompok musik ini digawangi oleh Nasripan, Ipul, Hendri, Budi, Sumantri, dan Sumirah. Budi  (kanan) dan Sumantri (kiri) anggota  Smart Voice Menurut Sumirah (40) Smart Voice terbentuk pada tahun 2018 lalu. Awalnya karena seluruh anggotanya yang merupakan binaan sebuah panti sosial tunanetra dibilangan Bekasi, Jawa Barat. Disanalah mereka dilatih kete