Jakarta - Indoensia memang merupakan salah satu negara yang amat rawan terjadi gempa bumi, di karenakan Indonesia merupakan titik bertemunya lempeng Pasifik, Eurasia, dan lempeng Indo-Australia. Jika ketiga lempeng ini mengalami beberapa kondisi seperti bergeser, pecah, atau mencuat ke atas, maka akan menyebabkan terjadinya gempa bumi.
Maka, berbagai lembaga dan instansi berusaha untuk selalu mengembangkan teknologi dan meneliti potensi gempa bumi di Indonesia agar dapat mengantisipasi dampak buruk bencana ini. Salah satunya Lembaga Pemerintah Nonkementrian Indoneisa yakni BMKG yang berfokus pada meteorologi, klimatologi, dan geofisika
Ilustrasi seismograf, alat pendeteksi gempa bumi (FOTO/dok. Balipost.com) |
BMKG telah melakukan penelitian dan riset terhadap gempa bumi di Indonesia sejak tahun 1980 dan dikembangkan dengan berbagai metoda dan pemasangan peralatan. Di antaranya seperti metoda statistik, metoda seismic gap dari data-data gempa bumi yang telah lalu, metoda dengan data Radon, metoda dengan data suhu tanah, metoda dengan data magnet bumi, dan metoda dengan data TEC (Total Electron Content).
Kepala Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Rahmat Triyono mengatakan "Dari berbagai riset dan pengembangan oleh BMKG tersebut, yang cukup menjanjikan adalah metoda dengan data magnet bumi atau BMKG menyebut dengan Precursor Gempa bumi dengan metode magnet bumi"
Berikut adalah 4 fakta perkembangan kajian atau riset prediksi gempa bumi di Indonesia:
1. Perkembangan riset dari tahun ke tahun
Metoda precursor gempabumi dengan metode magnet bumi mulai dikembangkan tahun 2011, bekerja sama dengan Universitas Kyushu Jepang, mulai merancang kegiatan. Kemudian pada tahun 2012, Universitas Kyushu Jepang memasang Fluxgate Geomagnet di 3 lokasi di Pulau Sumatera. Tahun 2017 menambah peralatan pemantau magnet bumi untuk precursor gempa bumi. Rahmat berkata, dalam perkembangan riset ini BMKG juga telah berhasil menganalisis precursor gempa bumi dengan metode magnet bumi. Dan Berapa besar kekuatan gempa bumi akan terjadi. Analisis dan laporan precursor dibuat mingguan, tetapi informasinya masih terbatas untuk internal BMKG, dikarenakan tingkat akurasinya untuk gempa besar masih kurang baik. Sedangkan, untuk gempa dengan magnitudo sekitar 5 mulai ada peningkatan akurasi.
2. Parameter prekursor gempa BMKG riset 2012-2017
Diakui Rahmat, prakiraan gempa bumi ini lebih dahulu dan lebih maju bila dibandingkan dengan sistem yg dikembangkan oleh beberapa lembaga riset lainnya. Parameter Prekursor Gempa yang di kembangkan oleh BMKG sebagai berikut:
- Dalam pengembangan ini merupakan Rentang Waktu Potensi Gempa akan release , yang dihitung dari awal anomali muncul sampai 1 bulan kedepan.
- Dalam kajian ini yaitu Zona Duga Aktif Gempa, yaitu potensi Zona Duga Aktif gempa dengan mempertimbangkan sumber gempa baik zona subduksi maupun zona sesar permukaan, sehingga area prediksi semakin dapat dicluster.
- Berapa kuat merupakan parameter prekursor gempa yang menargetkan Prediksi Potensi Magnitudo Gempa bumi
Rahmat menyebutkan, "Saat ini prekursor yg dikembangkan oleh BMKG belum mampu secara baik atau akurat untuk gempa-gempa dengan magnitudo atau kekuatan yang besar M di atas 6.5" Akan tetapi, untuk gempa bumi dengan magnitudo M=5 hingga M=6 tingkat akurasi prekursor gempa bumi dengan metoda magnet bumi yang dikembangkan BMKG, akurasinya dinilai cukup baik, yaitu sekitar 60 persen -70 persen, apalagi kalau magnitudonya lebih kecil dari M=5, akurasinya sampai diatas 80 persen -90 persen. Karena sebagian besar gempa-gempa dengan magnitudo 5 ini tidak berdampak merusak atau bahkan tidak berdampak dirasakan, maka BMKG terus mengembangkan agar prekursor ini mampu untuk memperkirakan gempa-gempa dengan magnitude di atas 6.
4. Riset potensi gempa merusak
Dari hasil kajian sebelumnya yang telah dilakukan oleh BMKG, maka untuk data Radon, suhu air tanah memiliki karakteristik yang mampu memantau anomali < 100 km , ini efektif jika dipasang dekat dengan sesar aktif permukaan. Sedang untuk TEC memiliki wilayah anomali yang sangat luas, maka metode tersebut cocok untuk konfirmasi data dari parameter prekursor gempa dari magnet bumi.
Sumber : Kompas.com
Penulis : Ammara Tuhfahhani
Komentar
Posting Komentar